Friday 23 November 2012

Pemikiran Tasawuf Hasan Al Basri

Oleh : Zahrul Fadhi Johan

http://arulzorro.blogspot.co.id/
Hasan Al Basri bernama lengkap Abu Sa'id Al Hasan bin Yasar, dilahirkan oleh seorang perempuan yang bernama Khairah, dan ayahnya bernama Yasar, budak Zaid bin Tsabit, tepatnya pada tahun 21 H di kota Madinah setahun setelah perang shiffin. Ada sumber lain yang mengatakan bahwa beliau lahir dua tahun sebelum berakhirnya masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.
Sejak kecil Hasan Al Basri sudah dalam naungan Ummu Salamah, bahkan ketika ibunya menghabiskan masa nifasnya, Ummu Salamah meminta untuk tinggal di rumahnya. Nama Hasan Al Basri merupakan pemberian dari Ummu Salamah. Ummu Salamah dikenal sebagai seorang perempuan Arab yang memiliki budi pekerti luhur dan teguh pendirian.
Para ahli sejarah menguraikan bahwa Ummu Salamah adalah perempuan yang sangat cerdas diantara para istri-istri Rasullah SAW lainnya. Seiring semakin akrabnya hubungan Hasan Al Basri dengan keluarga Nabi, beliau berkesempatan untuk mengambil suri tauladan kepada keluarga Rasullulah SAW serta menimba ilmu bersama para sahabat di masjid Nabawy.
Ketika menginjak umur 14 tahun, Hasan Al Basri pindah ke kota Basrah (Iraq), disanalah beliau mulai dipanggil dengan sebutan Hasan Al Basri. Kota Basrah saat itu terkenal sebagi kota ilmu dalam daulah Islamiyyah, banyak dari kalangan sahabat dan tabi'in yang singgah di kota ini. Sehingga kota Basrah ramai pendatang berdatangan untuk menimba ilmu kepada Hasan Al Basri, hal itu disebabkan karena perkataan serta nasehat beliau dapat menggugah hati sangpendengar.
Tahun 110 H, tepatnya pada malam jum'at diawal bulan Rajab Abu Hasan Al Basri menghempas nafas terakhir di usianya yang ke 80 tahun, penduduk Basrah berbela sungkawa dan merasa kehilangan ulama besar yang berbudi pekerti tinggi, shaleh dan fasih lidahnya, sehingga para penduduk kota Basrah ikut serta untuk mengantarkan Jasad beliau sampai ke pemakaman.
Perkembangan Sejarah ajaran tasawuf  sangat pesat, berawal dari upaya meniru pola kehidupan Rasulullah SAW, baik sebelum menjadi Nabi dan terutama setelah beliau dinobatkan sebagai  Rasul oleh Allah, perilaku Muhammad dijadikan suri tauladan utama bagi para sahabat yang kemudian berkembang menjadi doktrin yang bersifat konseptual.
Tasawuf pada masa Rasullullah  merupakan ajaran umum yang diikuti oleh para sahabat. Menurut catatan sejarah, sahabat nabi yang pertama sekali melembagakan tasawuf dengan cara mendirikan Madrasah Tasawuf adalah Huzaifah bin Al Yamani (Mustofa, 1997: 214). Sedangkan imam sufi pertama dalam sejarah islam adalah Hasan Al Basri (21-110).
Hasan Al Basri merupakan ulama tabi’in, murid pertama dari Huzaifah bin Al Al Yamani, beliau telah dianggap sebagai tokoh sentral pemula yang meletakkan dasar metodelogi ilmu tasawuf. Dasar pendirian yang paling utama adalah Zuhud terhadap kehidupan dunia, sehingga beliau menolak segala kesenangan dan kenikmatan dunia.
Hasan Al Basri mangumpamakan dunia ini seperti ular, terasa mulus kalau disentuh tangan, tetapi racunnya dapat mematikan. Oleh sebab itu, dunia ini harus dijauhi dari kemegahan serta kenikmatan dunia harus dikesampingkan. Kehidipan dunia bisa membuat manusia berpaling dari kebenaran dan membuat manusia lalai dan terlena.
Sebagai seorang insan, Hasan Al Basri berkepribadian takwa, wara' dan zuhud pada kehidupan dunia, jika ditinjau dari kelakuan masyakat khususnya kalangan atas saat itu, pola hidup mereka menganut konsep hedonisme, suka berfoya-foya dengan kemewahan. Kezuhudan Hasan Al Basri melekat berdasarkan ajaran dari para ulama-ulama lainnya pada masa sahabat.
Prinsip kedua ajaran Abu Hasan Al Basri adalah khauf dan raja', pengertian khauf ialah merasa takut terhadap siksa Allah karena berbuat dosa dan sering melalaikan perintah-Nya. Merasa kekurangan dirinya dalam mengabdi kepada Allah, timbullah rasa was-was, takut, dan khawatir mendapat murka dari Allah, dengan adanya rasa takut itu pula menjadi motivasi tersendiri bagi seseorang untuk mempertinggi kualitas dan kadar pengabdian kepada Allah. Sikap raja' adalah mengharap akan ampunan Allah dan karunia-NYA.
Oleh karena prinsip-prinsip ajaran ini kemudian muncullah kehidupan sufistik dalam diri Hasan. Pola pikir retorik yang membuat beliau mampu membawa umat muslim pada garis kebenaran dalam beragama dan menjadi bahan rujukan bagi ulama-ulama tasawuf pada masa itu dan masa sesudahnya. Ajaran tasawuf beliau berpondasi pada Al Qur'an dan Hadist Nabi, untuk itu beliau termasuk golongan tasawuf Sunni.


0 comments: